Rabu, 19 November 2014

DEGRADASI MORAL DI KALANGAN PELAJAR (REF)




DEGRADASI MORAL DI KALANGAN PELAJAR



            Istilah  moral mengacu  pada keseluruhan asas dan nilai yang berkaitan dengan baik dan buruk. Ditengah derasnya arus perubahan saat ini, banyak orang mungkin tidak dapat membedakan  antara yang baik dengan yang buruk.

            Penetrasi budaya asing melalui film, tayangan televisi, atau  media internet  telah membawa banyak pengaruh dan contoh  perilaku yang menurut budaya negara lain dapat diterima, tetapi dalam budaya Indonesia dipandang tercela. Karena seringnya terpapar dengan pengaruh dan contoh perilaku tersebut, sebagian orang mungkin akan mengalami kesulitan  dalam  melakukan penilaian moral sehingga yang timbul adalah kemerosotan (degradasi) moral. Mereka menjadi lebih permisif dan terbuka terhadap penyimpangan moral karena telah terbiasa melihatnya.

            Salah satu fenomena yang secara nyata membuktikan tengah berlangsungnya degradasi moral adalah pergaulan bebas. Demikian banyak remaja laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam eratnya hubungan pergaulan berbeda jenis, hasil survey BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Internasioanl) di Jabodetabek menyatakan bahwa 51 dari 100 orang remaja perempuan  tidak  lagi perawan, rentang usia remaja tersebut 13-18 tahun. Bahkan data suervey yang dilakukan BKKBN terdapat sekitar 15% remaja sudah  pernah atau biasa berhubungan seks dan 62% aborsi dilakukan oleh remaja yang pastinya belum  menikah.’

            Padahal moral adalah cerminan hidup bagi penegak bangsa. Pemuda adalah harapan bangsa, jika pemudanya hancur, maka hancurlah bangsa. Keluar masuknya bangsa asing pada suatu bangsa menjadikan budaya asli bangsa ini tergantikan  dan terabaikan, sehingga budaya baru itu membuat remaja tidak mau  lagi mengenal budaya lamanya. Hal ini akibat kelalaian dan kurangnya perhatian  pemerintah terhadap masalah degradasi moral remaja, karena terlalu sibuknya pemerintah dengan berbagai masalah politik dan ekonomi dalam  negeri. Selain itu banyak orang tua yang kurang memperhatikan anaknya, mereka cenderung memenuhi kebutuhan fisik sedangkan  rohani/spritual mereka terabaikan. Kemudian  rendahnya tingkat pendidikan dan kurang efesiennya peran lembaga masyarakat.

            Crow and Crow menegaskan : “ Learning is a modification of accompaynying growth  proceses that are brought  about trought adjustment to sensioons unitited though sensory stimulation (Laster D. Crow, Alice D.Crow)”. Belajar adalah perubah tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan yang semua itu disebabkan melalui penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat ransangan panca indera. Kurangnya pendidikan dan kemampuan diri dalam pergaulan dapat membuat seorang keliru dalam  mengambil jalan  hidupnya dan  mengakibatkan  proses sosialisasi kurang seimbang.

           


           

            Maka dari itu kita harus prihatin, sekaligus menaruh  perhatian  lebih bila mengamati dan menjumpai sebagian dari remaja kita yang makin gandrung menikmati dan menghasilkan masa remajanya dengan kegiatan yang tidak positif dan tidak bermanfaat. Agar hal demikian tidak terus berlanjut dimasa depan, terdapat solusi yang dapat diterapkan dengan  pembentukan remaja  yang berkualitas melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini merupakan salah satu implementasi dari pendidikan idealisme. Pendidikan idealisme itu sendiri bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapakan mampu  membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik, sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan  sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

            Selain itu, Mengapa Pendidikan  Karakter?
Karena pendidikan karakter juga dapat mengubah cara pandang seseorang sehingga masyarakat akan sulit untuk menerima hal-hal lain yang menyimpang. Oleh karena itu, penanaman pendidikan karakter sejak dini akan  melindungi seseorang dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan dapat melakukan filterisasi terhadap hal-hal yang akan masuk di dalam dirinya.

            Dalam hal ini guru berperan penting dalam pembentukkan karakteristik peserta didik, karena guru lah yang menerjemahkan maksud dari pendidikan karakter yang telah ditetapkan pemerintah dalam sistem pendidikan.  Guru dalam sistem pembelajaran berfungsi sebagai:

a.       Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran.
b.      Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
c.       Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
d.      Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
e.       Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.

     Kemudian diranah pendidikan diharpakan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan harus lebih   memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook . Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual.  Mengapa demikian? Agar para remaja khususnya dalam  mengenyam pendidikan  tidak terpusat teoritis saja melainkan mengakaitkan dengan peristiwa nyata. Dari segi metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.

           

           

            Untuk menerapkan pendidikan karakter tidak dapat dilakukan satu pihak saja, namun semua pihak harus berkontribusi (keluarga, lingkungan, dan  lembaga masyarakat serta yang paling utama pribadi diri sendiri).

            Mengutip dari suatu aliran pendidikan yakni Idealisme, yang mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.

            Sehingga Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir atau  kedirian daripada sebagai suatu  penekanan pada objek-objek & daya-daya material. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind).


            Jadi, jika penanaman pendidikan karakter tersebut telah berhasil, maka merekalah yang akan menjadi pemimpin dan membangun tanah air tercinta ini, menjadikan negeri yang ditumbuhi oleh benih-benih generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter serta semakin dihilangkannya degradasi moral yang sudah menjadi fenomena besar selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPP Kelas V - Tema 1 Sub.Tema 1 Pemb.1

                               RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 REVISI 2018    TEMA 1 ....